Sistem Pengolahan Limbah PT Unitek, Bogor

           Indonesia dalam satu dasa warsa ini dikenal sebagai penghasil tekstil yang besar disamping India dan Pakistan. Dalam proses produksi industri tekstil banyak menggunakan bahan kimia dan air. Bahan kimia yang digunakan antara lain untuk proses pencucian, pemutihan, dan pewarnaan. Akibat dari itu pencemaran lingkungan menjadi masalah bagi masyarakat yang tinggal disekitar industri tekstil. Mengingat pentingnya industri tekstil sebagai penghasil devisa negara dan perlunya perlindungan lingkungan, maka diperlukan adanya teknologi pengolah limbah tekstil yang handal. Salah satu contoh pengolahan limbah tekstil yang hingga saat ini beroperasi adalah pengolahan limbah tekstil milik P.T. Unitex di Bogor.

           Gagasan unit pengolah limbah tekstil di PT. Unitek lahir dari Presiden Direktur Mr. S. Okabe karena pada tahun tersebut belum ada perusahaan yang dapat dijadikan contoh dalam pengolahan air limbah. Kemudian rancang bangunnya dilaksanakan oleh perusahaan induknya di Jepang, yaitu Unitika Ltd. Dalam perkembangan selanjutnya terus mengalami perbaikan dan penambahan sejalan dengan peningkatan produksi. PT. Unitek merupakan pabrik tekstil terpadu. Proses produksinya meliputi pemintalan (spinning), pertenunan (weaving), pencelupan (dyeing) dan penyelesaian akhir (finishing). Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri tekstil dapat berupa padatan tersuspensi, padatan terlarut serta gas terlarut. Karakteristik limbah pada umumnya bersifat alkalis (pH = 7), suhunya tinggi serta berwarna pekat. Untuk menghilangkan polutan tersebut, diperlukan pengolahan yang dapat memisahkan dan menghancurkan polutan yang terkandung didalamnya.

Instalasi Pengelolaan Air Limbah PT. Unitek dibangun Tahun 1988 di atas tanah seluas 4000 m2, dan mampu mengolah limbah tekstil lebih dari 2000 m3/hari. Proses pengolahan air limbah PT. Unitek terbagi atas tiga tahap pemrosesan, yaitu :

  1. Proses primer yang meliputi penyaringan kasar, penghilangan warna, ekualisasi, penyaringan halus, pendinginan.
  2. Proses sekunder yang meliputi proses biologi dan sedimentasi.
  3. Proses tersier yang merupakan tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia.

Melalui upaya pengelolaan yang telah dilakukan, maka air limbah yang dibuang tidak akan mencemari lingkungan. Biaya investasi pembangunan instalasi ini hanya sekitar 2% dari total investasi atau sekitar 2,5 milyard rupiah. Sistem pengolah limbah yang digunakan merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia, dan biologi. Proses yang berperan dalam pengurangan bahan pencemar adalah proses biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif dengan aerasi lanjutan (extended aeration).

Selain limbah cair terdapat pula limbah padat yang berupa lumpur, hasil samping dari sistem pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan conblock dan batako press serta pupuk organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT. Unitek dalam memanfaatkan kembali limbah padat.

gambar 1Gambar 1. Unit Pengolah Limbah Tekstil Kapasitas 200 m3/hari.
gambar 2

Gambar 2. Bak penampung yang masih panas.

gambar 3
Gambar 3. Bak pengendap pertama
gambar 4
Gambar 4. Pemberian koagulan (ferro sulfat) untuk menghilangkan warna.
gambar 6

Gambar 5. Bak pengendap (clarifier) setelah diberi koagulan ferro sulfat. gambar 7

Gambar 6. Menara pendingin (Colling Tower) sebelum air masuk ke dalam bak aerasi. gambar 8

Gambar 7. Bak aerasi tahap petama gambar 9

Gambar 8. Lumpur aktif dari bak pengendap akhir dikembalikan ke bak aerasi tahap pertama.
gambar 10

Gambar 9. Bak pengendap akhir gambar 11

Gambar 10. Contoh air di bak pengendap akhir.
gambar 12

Gambar 11. Air hasil olahan sebelum dibuang ke lingkungan. gambar 5

Gambar 12. Bioassay

gambar 13
Gambar 13. Contoh air baku sampai dengan air hasil olahan.

Leave a comment